Didalam kehidupan ini kita senantiasa membutukan Iman dan Sholat, disertai dengan Ilmu dan Dzikir serta kita tunaikan hak-hak Saudara Muslim kita dengan Ikhlas semata-mata karena Allah SWT.... serta kita niat Dakwah-kan Agama ini.......dari kampung ke kampung....... dari rumah ke rumah.... dari masjid ke masjid..sampai ke seluruh Alam....Bersedia Insya Allah...

TUJUH LANGIT, TUJUH MALAIKAT PENJAGA, DAN TUJUH AMALAN SANG HAMBA

Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingat karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?"

Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau." Kemudian Mu'adz melanjutkan:

Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah saw yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz!"

"Labbaik, wahai penghulu para rasul!"
"Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla!

Wahai Mu'adz.
Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Maha Tinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.
Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'i dunya), yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.

Namun, tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut! Aku adalah pemilik ghibah. Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia --yaitu membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya -- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini!"

Kemudian, keesokan harinya, malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun, malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal, namun di balik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun, ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka."

Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar tidak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan!"
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari. Namun, sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menuju langit berikutnya!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan si hamba tersebut ke wajah pemiliknya. Dia tidak memiliki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya!"

Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan kilatan petir. Namun, ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah Ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut!"
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan Ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.

Namun tanpa disangka Allah berfirman:
"Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya.

Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut.

Laknat-Ku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya.
Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar.

Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir.

Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya.
Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku!"

Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, "Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami." Dan berkatalah seluruh petala langit, "Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu!"

Mendengar penuturan Rasulullah saw sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras. Lama baru terdiam, kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah, bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi?"

Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu, wahai Mu'adz, ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan."
Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua?"
Nabi yang suci bersabda:

"Baiklah, wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Al-Quran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain.

Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain.
Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu.
Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan.
Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat.

Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu.
Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain.

Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, 'Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya...' (QS An-Nâziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencopot tulang."

Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua?"

"Wahai Mu'adz, sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.

Oleh karena itu, cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya.

Dengan itu semua, niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya!"
Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Al-Quran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Al-Quran di dalam majelis pertemuannya.
: : : : : : : : : : : : : : : : :
Al-Ghazali rahimahullah kemudian berkata sebagai berikut:
"Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsar-nya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan qalb-mu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman.
Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan besar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata.

Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini.

Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam keadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya...
Wa lâ hawla wa lâ quwwata illa billâh."

(Dicuplik dari Kitab "Minhajul Abidin" karya Imam Al Ghazali.)
: : : : : : : : : : : : : : : : :
Shâhibul Ghibah, Malakul Fakhr, Shâhibil Kibr, Shâhibul Ujbi, Shâhibul Hasad, Shâhibur-Rahmah, Shâhibudz-Dzikr.
Membincangkan aib orang, kemegahan diri, kesombongan, menakjubi diri sendiri, iri dengki, tidak penyayang, mengharap pujian-pujian.
Semoga kita semua dijauhkan Allah dari sifat-sifat yang buruk dan merugikan diri tersebut.

(Mursyidku.)

Nasihat Abadi 3 - 4


Wasiat imam Ali AS untuk putranya imam Hasan AS
yang ditulis sekembalinya dari perang Shiffin

Sumber Buku :
Judul : Nasihat Abadi (Surat Ali kepada Putranya)
Penerbit Al-Huda PO.BOX 7335 JKSPM 1207 tahun 2001


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

Sambungan...,

Takwa Adalah Jaminan Bagi Pembinaan Diri
3. Anakku, kuwasiatkan kepadamu agar selalu bertakwa kepada Allah. Anakku, selalulah engkau melaksanakan titah-titah-Nya dan menghidupkan hatimu dengan dzikir dan berpagang teguh dengan tali-Nya. Dengan kuasa-Nya, segala kesulitan menjadi tiada artinya. Sungguh gerangan hubungan apakah yang lebih kokoh dari pada hubunganmu dengan-Nya selama engkau masih berpegang teguh pada-Nya ?

4. Hidupkanlah hatimu dengan spirit nasihat, hancurkanlah ia dengan zuhud dan keyakinan yang kuat, sinarilah ia dengan hikmat, lembutkanlah hatimu dengan mengingat kematian, tentramkanlah ia dengan mengingat kefanaan, sadarkanlah ia akan bahaya yang mengancam dari dunia, lantara dunia bukan hanya mengandung hal-hal yang menyenangkan tapi juga membawa racun yang siap mematikan. Biarkan hatimu mencatat keganasan zaman dan kejahatan peristiwa di siang hari dan di malam hari ! Berkelanalah engkau  mempelajari sejarah orang-orang terdahulu, dan ingatlah apa yang telah menimpa mereka dulu. Kembangkanlah layar perahu di jagad (ahsanu nizham) yang kokoh, waspadalah, jangan sampai engkau tenggelam (di dalamnya), bercerminlah kepada cermin sejarah. Buka lah lembaran-lembaran sejarah orang-orang terdahulu, analisislah suka dan duka dalam kehidupan mereka, dimana mereka tinggal dan ke mana sekarang mereka pergi? Engkau akan menyadari bahwa mereka telah meninggalkan orang-orang yang dulu mereka cintai, dan saatnya engkau akan menyadari bahwa engkau juga akan menjadi bagian dari mereka.

bersambung .....

Nasihat Abadi 1 - 2

Wasiat imam Ali AS untuk putranya imam Hasan AS
yang ditulis sekembalinya dari perang Shiffin

Sumber Buku :
Judul : Nasihat Abadi (Surat Ali kepada Putranya)
Penerbit Al-Huda PO.BOX 7335 JKSPM 1207 tahun 2001

Setelah saya mendapatkan buku ini yang merupakan hadiah dari sahabatbaik saya, maka saya menilai isi dari buku ini sangatlah bagus dan saya coba mempublikasikannya melalui Blog Pribadi saya, dengan harapan semoga nasihat demi nasehat ini perlu kita renungi untuk menghadapi kehidupan di dunia yang penuh dengan tipu daya, dimana seluruhnya berisi 35 nasehat.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
1. Dari seorang ayah yang sudah tua renta, yang senantiasa mengakui pasang surutnya zaman, yang memanggungi umur, yang telah melewatkan hari-harinya di medan kehidupan, yang selalu berkelana di kota-kota mati (kesunyian). Untuk anakku yang masih memiliki harapan kepada sesuatu yang tak akan tercapai, yang akan menapaki jalan-jalan kehancuran, yang akan ditinggalkan, yang akan menyerahkan tempat tinggalnya pada yang lain, yang akan menjadi tawanan waktu, budak-budak dunia, perdagangan-perdagangan yang akan bangkrut, yang tergadai dengan bancana angan-angan, yang terpenjara dengan kematian, teman yang loyal pada nestapa, sahabat bagi kesedihan dan sasaran petaka, korban hawa nafsu dan yang akan menggantikan orang-orang yang telah mati sebelummnya.

2. Sebelumnya, aku ingin menyampaikan pujian, setelah aku perhatikan semua pengalaman yang ku alami, kehidupan dunia yang selalu membelakangiku, peristiwa-peristiwa kedegilan zaman, sementara kehidupan akhirat selalu menyorotiku. Semua itu cukup menahanku untuk memikirkan selain diriku dan apa yang akan terjadi setelahku. Tapi ketika (dulu) aku sendiri hanya memikirkan (keselamatan ) rakyat dan kegelisahan-kegelisahan mereka, dan sekarang, aku merasa bahwa ada hal yang penting yang harus kulakukan. Aku tidak ingin melupakan dirimu, aku ingin mencurahkan perhatianku kepadamu. Ini adalah tugas yang menyita waktu. Sesungguhnya ini adalah kebenaran yang tidak bercampur dengan kedustaan. Anakku ! Engkau adalah belahan jiwaku dan seluruh wujudku adalah dirimu sendiri. Andaikata kejadian-kejadian zaman turut menggoreskan kepedihan di hatimu, debu-debu kesedihanmu itu menerpa wajahku juga dan andaikata cengkraman kematian akan memangsamu, jiwaku ini juga turut merasakannya. Aku juga memprihatinkan urusanmu, seperti halnya aku juga merasa prihatin dengan diriku. Maka aku putuskan dengan kuat menuju suatu tempat yang aku pun tidak bisa menyempurnakan perjalanan ini dan di tengah-tengah perjalananku ini, aku menggoreskan pena untukmu sebagai gabian dari upaya untuk mendukungmu, apakah ketika aku masih hidup ataupun sudah tiada.

bersambung ...

Nasihat Abadi 3 - 4


Download Installer MS.Office 2007 Gratis alias FREE DOWNLOAD

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Kali ini saya mencoba berbagi software yang saya dapet dari teman..., berikut tampilan Sillent Installnya...

Silahkan bagi yang membutuhkan dan ingin Download installer Microsoft Office 2007 dengan Gratis alias FREE silahkan di klik link berikut ini : ---> Download

Tauziyah : Rudi Farid (Jumidar Bandung)

Bismillahihrrohmanirrohim,
Perkara yang patut disyukuri sebenarnya adalah perkara Iman dan Amal. Untung dan ruginya seseorang bukanlah disebabkan karena bertambahnya atau berkurangnya kebendaan yang dimiliki tetapi dilihat dari bertambah atau berkurangnya Iman dan Amalnya. Inilah tolok ukur yang ditetapkan Allah SWT. Jika kita bersyukur maka Allah akan tambah keimanan dan amal sholeh kita. Harta dan kebendaan yang kita miliki hanya berlaku selama disini saja, tetapi Iman dan Amal walaupun hanya sebesar biji Dzaroh adalah untuk selama lamanya. Kita perlu bersyukur setinggi-tingginya melebihi syukur kita terhadap benda yang kita dapati. Orang yang beruntung adalah orang yang amal-amal sholehnya bisa melebihi daripada amal buruknya. Apa itu amal sholeh yaitu amalan yang bisa membawa orang tersebut ke surganya Allah Ta’ala. Jadi Amal sholeh yang bisa kita lakukan itu sebenarnya karena rahmat dan kasih sayang Allah. Tanda kasih sayang Allah itu adalah jika Allah menyibukan diri kita dalam amal-amal agama. Ketika amal ini naik kepada Allah dengan ikhlas nanti Allah akan buat keputusan yang baik.

Aplikasi Buku Induk Plus Formulir Peserta Didik 2016

Beikut ini saya mencoba berbagi hasil buatan saya sendiri untuk memudahkan administrasi siswa tentang pencetakan Formulir Peserta Didik (F-PD) 2016 dalam bentuk file excel, GRATIS dan filenya bisa di Download di bawah ini : Buku Induk SMK KTSP Plus CetaK Formulir PD -->Klik Disini

Iman dan Amal Sholeh

Kumpulan Bayan Nasehat tentang iman dan amal sholeh :

2. Bayan Musyawarah Di Temboro 03042008 --- > Download