Wasiat imam Ali AS untuk putranya imam Hasan AS
yang ditulis sekembalinya dari perang Shiffin
Sumber Buku :
Judul : Nasihat Abadi (Surat Ali kepada Putranya)
Setelah saya mendapatkan buku ini yang merupakan hadiah dari sahabatbaik saya, maka saya menilai isi dari buku ini sangatlah bagus dan saya coba mempublikasikannya melalui Blog Pribadi saya, dengan harapan semoga nasihat demi nasehat ini perlu kita renungi untuk menghadapi kehidupan di dunia yang penuh dengan tipu daya, dimana seluruhnya berisi 35 nasehat.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang,
1. Dari seorang ayah yang sudah tua renta, yang senantiasa mengakui pasang surutnya zaman, yang memanggungi umur, yang telah melewatkan hari-harinya di medan kehidupan, yang selalu berkelana di kota-kota mati (kesunyian). Untuk anakku yang masih memiliki harapan kepada sesuatu yang tak akan tercapai, yang akan menapaki jalan-jalan kehancuran, yang akan ditinggalkan, yang akan menyerahkan tempat tinggalnya pada yang lain, yang akan menjadi tawanan waktu, budak-budak dunia, perdagangan-perdagangan yang akan bangkrut, yang tergadai dengan bancana angan-angan, yang terpenjara dengan kematian, teman yang loyal pada nestapa, sahabat bagi kesedihan dan sasaran petaka, korban hawa nafsu dan yang akan menggantikan orang-orang yang telah mati sebelummnya.
2. Sebelumnya, aku ingin menyampaikan pujian, setelah aku perhatikan semua pengalaman yang ku alami, kehidupan dunia yang selalu membelakangiku, peristiwa-peristiwa kedegilan zaman, sementara kehidupan akhirat selalu menyorotiku. Semua itu cukup menahanku untuk memikirkan selain diriku dan apa yang akan terjadi setelahku. Tapi ketika (dulu) aku sendiri hanya memikirkan (keselamatan ) rakyat dan kegelisahan-kegelisahan mereka, dan sekarang, aku merasa bahwa ada hal yang penting yang harus kulakukan. Aku tidak ingin melupakan dirimu, aku ingin mencurahkan perhatianku kepadamu. Ini adalah tugas yang menyita waktu. Sesungguhnya ini adalah kebenaran yang tidak bercampur dengan kedustaan. Anakku ! Engkau adalah belahan jiwaku dan seluruh wujudku adalah dirimu sendiri. Andaikata kejadian-kejadian zaman turut menggoreskan kepedihan di hatimu, debu-debu kesedihanmu itu menerpa wajahku juga dan andaikata cengkraman kematian akan memangsamu, jiwaku ini juga turut merasakannya. Aku juga memprihatinkan urusanmu, seperti halnya aku juga merasa prihatin dengan diriku. Maka aku putuskan dengan kuat menuju suatu tempat yang aku pun tidak bisa menyempurnakan perjalanan ini dan di tengah-tengah perjalananku ini, aku menggoreskan pena untukmu sebagai gabian dari upaya untuk mendukungmu, apakah ketika aku masih hidup ataupun sudah tiada.
bersambung ...
Nasihat Abadi 3 - 4
bersambung ...
Nasihat Abadi 3 - 4
0 komentar:
Posting Komentar